Gunung Merapi tak pernah ingkar janji karena secara rutin selalu mengalami erupsi setiap 2-5 tahun sekali. Bahkan erupsi pada tahun 1006 Masehi bahkan mampu mengubah sejarah kuno di Pulau Jawa.
Salah satu hal yang kerap muncul ketika erupsi adalah munculnya awan berbentuk mirip Petruk, tokoh rekaan dalam pewayangan Jawa. Salah satunya terjadi pada Minggu (12/3/2023) yang diunggah akun @merapi_uncover.
Unggahan yang diposting di Instagram itu kemudian dikomentari banyak warganet, salah satunya akun @faktahoaxdotcom. Pada komentarnya akun tersebut menuliskan tentang fenomena tersebut.
“Just info: Tokoh Punokawan dalam pewayangan Jawa, Petruk, sering dibicarakan orang saat Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya. Ada kepercayaan bahwa sosok Mbah Petruk merupakan tanda bahwa orang kecil akan dilindungi. Mbah Petruk diyakini kerap muncul berupa bentukan awan dari erupsi yang terjadi di Merapi. Kemunculan Mbah Petruk ini diklaim membawa pesan agar masyarakat waspada.
Awan Petruk
Masyarakat Jawa cukup percaya bahwa munculnya gambar Petruk menunjukkan sesuatu. Misalnya hidung panjang Petruk yang mengarah kanan menandakan sebuah kemarahan. Pasalnya pada pewayangan, Petruk selalu menoleh ke kiri.
Mantan Guru Besar Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada, Darmajati Supadjar mengatakan bahwa Petruk pada masyarakat Jawa merupakan lambang dari rakyat. Selain itu, Mbah Petruk juga diyakini sebagai penjaga Merapi.
Beberapa sepuh orang tua di sekitar Gunung Merapi pernah menyatakan bahwa bila sudah terlihat Mbah Petruk, hal ini sedang menagih janji bahwa sebentar lagi akan terjadi letusan di puncak Gunung Merapi.
Mitos Mbah Petruk ini muncul ketika Brawijaya V yang sedang bersemedi di Gunung Merapi bertemu dengan wanita tua yang konon disebut Nyai Petruk atau Mbah Petruk. Sosok itu bersabda jika ada pemimpin tidak benar di wilayah Merapi, dia akan menagih janji.
Penjelasan ilmiah
Pakar iklim dan bencana dari UGM, Dr Emilya Nurjani menjelaskan penampakan awan tersebut dari sisi ilmiah. Dirinya menyebut awan itu terjadi karena adanya masa udara yang tidak stabil di sekitar gunung.
“Secara teori penampakan awan seperti tokoh wayang Petruk ini bisa muncul karena masa udara yang tidak stabil di sekitar Gunung Merapi sehingga menghasilkan bentuk awan yang berbeda dari awan-awan yang ada,” ungkapnya.
Dirinya menjelaskan apabila kemunculan awan tersebut diartikan sebagai tokoh wayang Petruk dan mempunyai arti khusus, maka hal itu dikembalikan kepada kepercayaan masyarakat setempat.
“Ya ini kembali pada kepercayaan masyarakat jika lantas awan yang ada diartikan sebagai Petruk ada makna dibaliknya,” sambungnya.
Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi ini menyatakan awan berbentuk Petruk tersebut jika dilihat dari elevasi awan dan bentuknya termasuk dalam awan cumulus yang mengandung hujan.
“Itu masuk awan cumulus, jika turun hujan, maka bersifat lokal,” pungkasnya.